**Stephen A.
Smith dan Kendrick Perkins Kritik Pedas Tyrese Haliburton yang Cedera: Bukti Bintang NBA Tak Pernah Menang**Di dunia NBA yang serba cepat dan penuh tekanan, sorotan tidak pernah padam.
Namun, terkadang, sorotan itu berubah menjadi lampu interogasi yang menyilaukan, membakar habis siapa pun yang berada di bawahnya.
Kasus Tyrese Haliburton, bintang muda Indiana Pacers yang tengah cedera, menjadi contoh terbaru bagaimana bintang NBA seolah tak pernah bisa menang, terlepas dari pilihan yang mereka ambil.
Stephen A.
Smith dan Kendrick Perkins, dua analis NBA yang terkenal dengan opini pedas dan blak-blakan, baru-baru ini melontarkan kritik tajam terhadap Haliburton.
Mereka mempertanyakan komitmen dan kepemimpinannya karena ia bermain dengan cedera hamstring yang jelas-jelas mempengaruhinya.
Menurut mereka, Haliburton seharusnya duduk di bangku cadangan dan membiarkan rekan-rekannya berjuang, daripada menjadi beban di lapangan.
Kritik ini terasa pahit dan ironis.
Sejarah NBA penuh dengan contoh pemain yang dihujat karena bermain dengan cedera, dan di sisi lain, dicap pengecut karena absen.
Michael Jordan, misalnya, sering dipuja karena keberaniannya bermain dalam keadaan sakit parah di “Flu Game” yang legendaris.
Namun, pemain lain yang mencoba hal serupa seringkali justru dianggap egois dan merugikan tim.
Di sisi lain, pemain yang memilih untuk beristirahat dan memulihkan diri seringkali dituduh tidak memiliki semangat juang, tidak peduli pada tim, atau bahkan “lembut”.
Contohnya, Kawhi Leonard pernah menjadi sasaran kritik pedas karena “load management”-nya, meskipun ia kemudian membuktikan diri sebagai pemain juara.
Haliburton kini terjebak dalam dilema yang sama.
Jika ia absen, ia akan dicap pengecut.
Jika ia bermain dengan cedera, ia dianggap beban.
Sebenarnya, tidak ada jawaban yang benar, hanya pilihan yang akan selalu dikritik.
Statistik berbicara sendiri.
Sebelum cedera, Haliburton adalah salah satu point guard paling eksplosif di liga, dengan rata-rata 23.
6 poin dan 12.
6 assist per game.
Namun, sejak cedera hamstringnya, angka-angkanya menurun drastis.
Ia terlihat kesulitan bergerak, tembakannya tidak akurat, dan yang terpenting, Pacers mengalami kesulitan untuk menang.
Kritik dari Smith dan Perkins terasa tidak adil, terutama karena mereka tidak berada di posisi Haliburton.
Mereka tidak merasakan sakitnya, tidak merasakan tekanan untuk tampil, dan tidak tahu seberapa besar ia ingin membantu timnya.
Sebagai seorang jurnalis olahraga, saya melihat ini sebagai masalah yang lebih besar dari sekadar satu pemain atau satu cedera.
Ini adalah cerminan budaya olahraga yang seringkali tidak kenal ampun, di mana ekspektasi terlalu tinggi dan empati terlalu rendah.
Kita menuntut para atlet untuk menjadi pahlawan super, tetapi kita sering lupa bahwa mereka juga manusia biasa.
Haliburton, seperti banyak bintang NBA lainnya, berada di bawah mikroskop yang memperbesar setiap kesalahan dan memperkecil setiap pengorbanan.
Ia berhak mendapatkan simpati dan dukungan, bukan kritik dan cemoohan.
Mari kita ingat bahwa di balik setiap jersey ada seorang manusia dengan mimpi, ketakutan, dan harapan.
Dan terkadang, yang mereka butuhkan hanyalah sedikit pengertian.